Nidji meluncurkan album kedua, pekan lalu. Di album terbaru setelah Breakthru itu, Giring dkk mengaku lebih solid. Sesolid apakah?Diudarakan serentak oleh 19 stasiun radio di beberapa kota besar di Indonesia, Jumat (9/11) lalu, acara peluncuran album kedua Nidji, Top Up begitu meriah. Band dengan personel Giring (vokal), Ariel (gitar), Rama (gitar), Andro (bass), Adrie (drum), dan Randy (kibor) ini juga tampak bersemangat tampil di Studio Blitz Megaplex, Grand Indonesia, Jakarta Pusat. Sekitar 300 Nidjiholic, sebutan untuk fans berat Nidji, turut menyemarakkan launching album tersebut.
Menggarap Top Up bagi Nidji merupakan keleluasaan bereksperimen dalam berkarya. Selain tema album yang sesuai dengan pengalaman kehidupan para personelnya, Nidji juga sukses meramu sound. Kali ini band yang populer dengan tembang Bila Aku Jatuh Cinta, Hapus Aku dan Disco Lazy Time itu menyuguhkan musik yang cukup unik dengan melibatkan berbagai alat yang jarang digunakan musisi lain, seperti menggunakan brankas besi menjadi elemen perkusi. Contoh lagu yang menggunakan alat musik ini adalah Penantian.
Album ini lebih banyak digarap di luar studio karena padatnya jadwal Nidji, dan mendorong Nidji harus kreatif memanfaatkan waktu untuk menciptakan album baru. Dan album kedua tersebut mereka garap sekitar dua sampai tiga bulanan. Di album kedua ini Nidji memilih lagu berjudul Biarlah sebagai andalan.
Meski Biarlah menceritakan tentang kekesalan hati ditinggal kekasih, namun Nidji justru membawakan lagu tersebut dengan irama upbeat dan jauh dari kesan cengeng.
Masih soal proses penggarapan, album kedua ini dirasa para personel Nidji membuat mereka lebih solid dibanding pembuatan album pertama yang lebih sering bertengkar. Hasilnya, Top Up jadi lebih berbobot dan menjadi bentuk totalisme keenam personel Nidji. “Ya, album ini menguatkan posisi kita di industri musik Indonesia. Mudah-mudahan nggak ada lagi bajakan. Cintai produk Indonesia juga dong,” ujar Giring.
Bicara pentas, meski kerap tampil di atas panggung dan jadi pusat perhatian, hingga kini personel Nidji mengaku masih saja grogi. Hal ini diamini Giring. “Kita memang wajib deg-degan,” tutur Giring, jujur.
Rupanya deg-degan di atas pentas sudah jadi satu kebiasaan bagi Nidji. Tanpa rasa deg-degan, Nidji sering merasa konsernya berantakan. “Kita harus nervous tiap manggung biar hasilnya bagus. Makin nervous, kita makin ugh,” jelas vokalis bergaya mirip Jim Morrison itu.
No comments:
Post a Comment