Kutipan dari: Sinar Harapan
Jakarta-Nidji belum lagi berada di puncak kejayaan, meskipun album mereka sebelumnya, Breakthru, menggondol banyak penghargaan. Hanya butuh satu album saja bagi Nidji untuk selangkah demi selangkah menuju puncak. Lewat album keduanya, Top Up, jalan menuju puncak itu semakin terang.
“Bagi kami, judul album ini seperti sebuah doa, nama itu kan doa. Kami masih belum merasa menjadi apa-apa, kami ingin terus menanjak ke atas dan bisa menjadi legenda musik Indonesia,” kata Giring, vokalis Nidji, dalam peluncuran album yang disiarkan secara langsung di 19 radio seluruh Indonesia dari Blitz Megaplex, Jakarta, Jumat (9/10).
Single pertama mereka di album ini, “Biarlah” sudah kerap terdengar di radio dan menjadi salah satu lagu yang banyak diminta pendengar. Namun, video klip yang dibuat oleh Abimael Gandhi belum beredar dan baru diputar perdana bersamaan dengan peluncuran album tersebut.
Satu lagu lagi, yang menurut Giring sangat menggambarkan mereka saat ini, “Arti Sahabat” dipilih MTV Staying Alive untuk menjadi lagu tema kegiatan kampanye HIV-AIDS di Indonesia. “Itu memang kami banget,” kata Giring.
Berbicara soal sahabat, satu album cukup menjadi pengalaman berharga bagi mereka untuk memperkuat persahabatan di antara mereka. “Jujur aja, di pembuatan album ini kami semakin kompak. Gue ingat waktu buat album Breakthru, banyak (personil) yang berantem, tapi di sini, kami ketawa-ketawa aja,” kata Giring di sela-sela penampilan mereka di hadapan ratusan Nidjiholic (penggemar Nidji) yang ikut menghadiri peluncuran album ini.
Bebas
Ya, bagi Giring, Rama (gitar), Ariel (gitar), Adri (drum), Andro (bas), dan Randy (keyboard), mengaku proses pembuatan album ini sangat menyenangkan. Apalagi, mereka merasa lebih bebas dibandingkan dengan ketika menggarap album pertama. Rasa khawatir serta masih mencari-cari bentuk yang kira-kira akan diterima publik membuat Giring dkk lebih berhati-hati ketika itu. “Kalau Breakthru dulu kami masih deg-degan, bisa diterima nggak, ya? Semuanya kami pikirkan dengan hati-hati. Kalau (pembuatan) Top Up kami lebih lepas, bebas. Pokoknya, kami memberikan energi 200%, lebih ekspresif, di album ini,” kata Giring.
Energi itu tercurah sejak mereka masih berada dalam tur-tur ke luar kota. Tidak jarang personel mereka tidak sabar ingin masuk ke dapur rekaman, bukan hanya karena telah memiliki materi yang cukup, tapi juga kerna tidak sabar menggunakan alat baru. Ya, satu lagi perbedaan mereka alat-alat baru milik mereka, tidak lagi menyewa, yang membantu proses pembuatan album ini.
Cowok-cowok asal Jakarta ini mempertahankan ciri khas musik mereka yang ceria, jauh dari garis musik pasaran dari band-band baru yang nge-top berlahan-lahan. Bukan lagu-lagu sedih bertemakan cinta yang mereka tawarkan 12 lagu dalam album ini. Dengar saja lirik single pertama mereka, “Biarlah” yang sebenarnya mengisahkan kekesalan hati karena cinta, namun, Nidji membawakan lagu tersebut dalam melodi yang ceria.
Melodi, yang menjadi kekuatan Nidji, masih terdengar kental di album ini, seperti pada “Jangan Lupakan” yang menggabungkan lirik bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Oh iya, lirik berbahasa Inggris agak dikurangi di album ini dibandingkan dengan album pertama dahulu, meskipun nama mereka kini lebih dikenal di kalangan pecinta musik Asia Tenggara. Selangkah demi selangkah, Nidji menuju puncak. (mil)
No comments:
Post a Comment