Sosok wartawan bukanlah makhluk aneh bagi Giring, vokalis band Rising Stars yang mengalami perjalanan konser paling panjang- Nidji. Wartawan adalah dirinya dan musik adalah hidupnya. Demikian dituturkan Giring dalam acara peluncuran buku foto 'Through the lens of Nidji' di Backstage Ancol kemarin, Sabtu (10/5).
Kesukaan Giring terhadap kerja wartawan, ternyata selama ini terlepas dari perhatian wartawan itu sendiri. Begitu juga para Nidjiholic (sebutan penggemar Nidji). Mengapa Giring setiap konser di sejumlah daerah selalu menenteng kamera layaknya seorang fotografer? Apakah kamera itu merupakan property penampilanya di atas panggung? Ternyata tidak.
'Saya punya hobi fotografi. Kebetulan almarhum bapak saya adalah wartawan di
kantor berita Antara dan Harian Berita Yudha Jakarta,'' ungkap Giring yang menggemari hobi fotografi sejak usia sekolah dasar (SD). Almarhum bapaknya memahami kesukaan Giring kecil, maka pada usia remaja dan menginjak dibangku SMP, Giring mendapat hadiah kamera dari bapaknya, dan kamera tersebut hingga sekarang masih tersimpan di rumah sebagai kenang-kenangan yang paling berharga.
''Kamera pemberian bapak saya itu hingga sekarang masih saya simpan. Begitu juga hasil karya bapak saya selama menjadi wartawan,'' ungkapnya lagi.
Kenapa Anda tidak melanjutkan profesi bapak Anda? ''Bagi saya musik adalah hidup saya. Sedangkan fotografi adalah hobi saya. Dulu saya pernah ditawari bapak untuk menjadi wartawan, tapi saya juga tidak bisa meninggalkan musik. Mungkin karena darah seni bapak saya, selain wartawan, almarhum juga hobi musik,'' kenang Giring yang dalam perjalananya mengabadikan foto-foto peristiwa selalu dibantu kakaknya, Wina dan Tita, yang juga seorang pelukis.
Kamera dan peristiwa, merupakan bagian dari sejarah yang berharga. Bukan tanpa alasan bila selama ini kamera merupakan 'kekasih' yang selalu setia menemani
kehidupan Giring kemanapun berapa. Giring sangat paham nilai-nilai sebuah sejarah yang terdokumentasi dengan baik. Dan fotografi tidak hanya menyimpan nilai esteika
dalam bentuk visual belaka, tetapi lebih dari itu.
Berbicara soal karya jurnalistik, Giring tidak bermaksud mengunggul-unggulkan tugas bapaknya yang merupakan wartawan senior dan memiliki semangat luar biasa dalam menjalani tugas-tugas jurnalistiknya. Siapa yang tidak kenal Pak Djumario, wartawan yang selalu meliput di daerah-daerah konflik, seperti peperangan di Kamboja dan perang di Timur-Timor (Tim-Tim). Hasil karya jurnalistik menegangkan itu sampai sekarang masih disimpan Giring sebagai bukti sejarah yang berharga. Rencananya foto-foto tersebut akan dibukukan dalam buku karya jurnalistik bapaknya.
''Perjalanan jurnalistik almarhum bapak saya telah memberikan inspirasi positif
bagi perjalanan konser saya. Pada saat-saat tertentu saya selalu mengabadikan peristiwa lewat foto,'' kata Giring sembari memamerkan hasil karyanya selama dalam perjalanan konser di berbagai daerah telah menghasilkan 4000 karya foto. Sebanyak 74 karya foto pilihan dibukukan dalam 'Through the lens of Nidji'.
Hasil karya Giring tidak hanya berupa human interest, tetapi ada juga foto berupa landcape (pemandangan) keindahan kota-kota di Indonesia, terutama kota tempat diselenggarakannya konser A Mild Live Rising Satars 2008.
source: sumatera express
No comments:
Post a Comment