hari ini ariel genap 25 tahun... hmmm udah cukup matang dalam bermusik dan tentunya dalam segala hal.. ariel dikenal kalem... kalo bicara seperlunya... punya kegemaran main video games, koleki buku komik terutama yang dari jepang... dan suka gaya-gaya bermusik japan rock... terutama larc~en~ciel.. bahkan namanya suka ditulis ar~iel... sekali lagi selamat dan semoga tambah suskes bersama nidji...
berikut kutipan biografi yang termuat di majalah hai:
Sebelum ada Nidji, Ariel udah sering nge-band. Terlalu sering malah. Sampe dia akhirnya mengaku sempet bosen. Padahal semasa kecil Ariel mengaku nggak terlalu bersentuhan dengan dunia musik.
Dia berpetualang sejak dari kawasan seputaran rumahnya di kawasan Menteng Dalam, sampe ke kawasan Kuningan, Jakarta. Jaraknya lumayan juga. Dan modalnya cuma sepeda.
Dengan gaya hidup kayak gitu jelas nggak ada waktu buat urusan musik. Padahal pada masa itu nama New Kids on the Block (NKOTB) lagi ngetop banget.
Selain keluyuran, Ariel terhitung game freak. Dulu Spica, Supernintendo, Dreamcast, adalah mainan kegemarannya.
Jarak Ariel dan musik makin ditambah lagi dengan situasi rumahnya. Keluarga Ariel bukan keluarga musisi.
Satu faktor lagi yang membuat dia rada jauh dengan musik adalah, ternyata, oh, ternyata, Ariel termasuk golongan pemalu.
Gitar vs Game
Jarak dengan musik, boleh jadi jauh. Tapi nggak begitu dengan bokapnya. Masuk di usia SMP Ariel sempet dibeliin sebuah gitar oleh sang ayah tercinta. Namun pemberian ayahnya itu nggak digubris sama sekali. Dia lebih memilih maen game ketimbang jenrang-genjreng dengan gitar.
Kesadarannya untuk bermusik baru tumbuh saat duduk di kelas 3 SMP. Saat itu dia punya temen yang bisa main gitar. Melihat temennya bisa main gitar, Ariel mulai tertarik. Dia mulai suka dengerin musik dan ngulik-ngulik lagu sendiri lewat gitarnya.
Gitar pemberian ayahnya mulai dimainkan secara optimal. Meski nggak kenal semua kord dia tetap nekat. Untungnya dia memperoleh “siraman rohani” yang bagus. Ilmu bermain gitarnya ditambahi oleh salah satu pacar kakaknya yang kebetulan jago gitar.
Pelan-pelan waktu yang dihabiskan buat game pun berkurang. Ariel mulai kesetanan pada mainan barunya: gitar. Setelah dirasa modalnya cukup, dia mulai ikut-ikutan nge-band. Lagu yang dibawain nggak jauh-jauh dari band cadas Metallica.
Band pertama Ariel nggak jelas riwayatnya. Setelah itu, saat kelas 2 SMA, Ariel dicabut untuk bergabung dengan salah satu temannya. Sang teman membutuhkan gitaris dan Ariel dirasa bisa cocok. Padahal musik yang dimainkan rada beda genre. Waktu itu aliran biritish mulai kenceng.
Meski nggak ngerti, Ariel coba-coba memainkannya. Ia terpaksa banting stir dari cadas ke lagu-lagu sejenis yang dibawakan The Cure. Pelan tapi pasti, dia mulai menyukai corak musik yang biasa dibawakan Robert Smith cs itu.
Band Dandan
Hasilnya, Ariel ketagihan. Hasil lain, gairah Ariel untuk nge-band kian menggebu. Begitu kencengnya, sampe dia rela datang malem Minggu untuk latihan dan nge-band bareng temen-temen – salah satunya Andro. Padahal malem Minggu adalah waktu untu ngeceng atau bergaul dengan pacar.
Main game ditinggalkan. Hobi menggambar pun tersisihkan. Sejak kelas 2 SMA itu Ariel yang tadinya bercita-cita pengen jadi arsitek itu pun kian serius.
Dari kegiatannya ini – tanpa sadar -- cikal bakal Nidji terbentuk.
Februari 2002 terbentuklah Nidji. Semua itu tidak lepas dari hasil kerja keras dari Ariel dan kawan lamanya Andro. Nama terakhir adalah satu-satunya temen ngeband SMA yang masih nempel terus. Nama Nidji sendiri tercetus dari otaknya.
Begitu seriusnya Ariel, sampai akhirnya di formasi ini dia terbilang sebagai salah satu think tank-nya. Ketika para personil lain lagi mentok ide, Ariel sering mengusulkan sesuatu yang lumayan bernas.
Dengan segala sifatnya, cowok berbintang Virgo itu membentuk Nidji hingga sekarang dikenal di mana-mana. Cowok perfeksionis ini selalu “rewel” apabila ada sesuatu yang tidak sesuai. Apalagi dalam urusan pembuatan lagu. Dia termasuk orang yang sangat rajin dan teliti dalam prosesnya. Baik saat aransemen ataupun mixing.
Begitulah. Nidji kemudian menjelma menjadi band yang membetot perhatian publik musik Tanah Air. Album pertamanya nendang keras, tawaran manggung datang dari mana-mana. Efeknya tentu ke kocek. Makin tebal pastinya.
Tapi uang gede itu menurut Ariel nggak pernah dia hamburkan ke mana-mana. Ia kini bisa membantu ortunya dari segi finansial. Paling nggak dia bisa bantu bayar listrik di samping bayar kuliah sendiri. Keluarga buat Ariel adalah segalanya.
Selain orangtua, Nidji adalah hal terpenting lainnya yang ia syukuri. Ia merasa bersyukur bisa ketemu dengan orang-orang yang bisa cocok dan match dalam bermusik. Menurutnya bertemu dengan anak-anak Nidji, membuat dia semangat untuk nge-band lagi. Dan di Nidji pula dia menemukan perasaan yang selama ini dia cari. Saling mengerti satu sama lain dan saling melengkapi. Not a one man show band!
Psikologi Musik
Yah namanya juga dunia hiburan. Hari ini dipuja, belum tentu besok masih begitu juga keadaannya. At least buat Ariel, dia merasa udah siap.
Yang nggak mungkin hilang mungkin tinggal bermusik. Musik buat Ariel adalah sesuatu yang berharga. Baginya musik adalah psikolog