Lets Search!
Facebook Connect
Soundrenaline 2006 – Rock United
meski seharian melelahkan dari jam 11 siang ampe jam 11 malem, tapi asik juga ngikutin hajatan soundrenaline kali ini. digeber habis-habisan dengan musik-musik bermutu dari berbagai aliran musik dari indie, pop, rock, reggea, metal dari kelompok bule (inxs, mike tramp) ampe lokal di 4 panggung utama yang kadang-kadang bikin bingung mo liat yang mana. tapi emang sih terserah masing-masing mo liat ‘ratu’ boleh, mo liat ‘betrayer’ juga boleh, emang sih gak setiap panggung penuh ama penonton…. kadang sambil duduk2 manis menikmati musik or kelompok yang mungkin baru pertama diliat atau baru denger namanya.
ada juga sih yang bawa-bawa bendera ‘slank’ tapi goyang dipanggung-nya ‘ratu’ atau malah jingkrak-jingkak waktu ‘samsons’ atau ‘nidji’ tampil di stage.
mungkin soundrenalin tahun ini paling rame di jakarta dibanding 4 kota lainnya selain ada ‘inxs’ dengan vokalis barunya JD Fortune hasil audisi acara RockStar (di jakarta sih dulu disiarin ama o-channel) juga ada ‘mike tramp’, mantan vokalis ‘white lion’ yang sekarang jadi suami ayu ashari, selain puluhan kelompok musik berbagai aliran dari lokal seperti jamrud, cokelat, slank, samson, element, nidji, letto, naff, ratu, radja, ungu, gigi, crisye, /rif, ello, seurieus, club eighties, netral, shanti, audy, pinkan, j-rocks, kotak , suckerhead, stevent & coconuts dan beberapa band lainnya.
mungkin yang menjengkelkan waktu penyelenggaraan yang molor ga sesuai jadwal yang kita pegang ampe 3 jam… so rencana nonton band tertentu berantakan gara-gara mainnya berbarengan di panggung yang berbeda. emang sih maunya ini festival kayak di woodstock ato rock in rio yang kita bebas nentuin mana musik yang mo kita nikmati, tapi gimana mo nikmati kalo 3 band favorit manggung bareng di tempat berbeda dalam waktu berbarengan.
band yang ditungguin di stage 2 yaitu ‘letto’ dan ‘nidji’ pun molor hampir 3 jam dari rencana manggung jam 3 baru mendekati magrib naik panggung.
nidji juga sama baru kelar manggung jam setengah delapan malem. emang sih kita cuman nongkrong di belakang stage bareng ama letto and nidji nunggun penampilan mereka.
‘letto’ sempet bawain lagu hits mereka sampai nanti sampai mati, heartbreaker, ruang rindu, sandaran hati dan satu lagu perjuangan berkibarlah benderaku ampe waktu maghrib setelah penampilan ‘naff’.
kalo ‘nidji’ lebih beruntung karena manggung abis magrib dan lampu2 panggung dah kepake dan massa penonton bener2 bludak sampil ngikutin goyangnya giring. mereka bawain heaven, disco lazy time, child, sudah dan hapus aku dengan versi panggung mereka yang full goyang meski sempet ada suara berisik di soundsystem mereka tapi enakkan si giring hemat suara soalnya audiens yang nyanyiin.
thanks buat anak-anak letto (aldi, noe, arian, patub, dedi) dan nidji (giring, rama, andro, randy, ariel, andri, vele) serta nidjiholic yang sempet ketemu di sana.
Buat temen-temen yang mo liat penampilan nidji boleh liat foto-fotonya di: SINI
Atau yang pengin liat penampilan letto di: SINI
Ato kalo pengin nonton rekaman videonya boleh download di link berikut:
Child (nidji) : http://rapidshare.de/files/30305984/8.nj.zip.html
Nidji: Rumah, Tempat Terbaik
PEKANBARU, SENIN - Berangkat dari band yang biasa main di mal-mal di Jakarta, Nidji akhirnya menjadi salah satu bintang baru di industri musik Indonesia. Tapi, yang membuat mereka terkaget-kaget di industri musik bukanlah keterkenalan dan banyaknya uang yang mereka dapat, melainkan padatnya jadwal manggung.
Nidji, terdiri dari Giring Ganesha (23, vokal), Ariel (22, gitar), M Ramadista Akbar (Rama, 22, gitar), Randy Danistha (21, keyboard), M Andro Regantoro (22, bas), dan Adri (23, drum), lahir di Jakarta pada 1 Februari 2002 dari hubungan pertemanan--termasuk suka bermusik bareng--antara Rama dengan Andro.
Dengan kegemaran pada musik yang berbeda-beda, mereka memilih Nidji menjadi nama grup mereka. Nidji diambil dari niji, kata dalam bahasa Jepang yang berarti pelangi.
Sebelum merilis album perdana, Breakthru, pada 2006, grup dengan musik alternatif modern yang cenderung ke britpop (british pop) itu biasa tampil di mal di Jakarta. Ketika itu mereka baru memiliki dua lagu, Child dan Heaven, dalam sebuah album mini yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan rekaman musik independen (indie label).
"Dulu kan kami band mal," ujar Giring, yang berambut kriting mekar, ketika dijumpai oleh KCM di Bandar Udara Pekanbaru, Senin (7/8). "Waktu pertama kali ketemu Bu Acin aja, kami lagi manggung rutin di Plaza EX (Jakarta). Waktu itu Bu Acin lagi nganter kakaknya belanja. Sehabis nonton kami, dia nyamperin kami dan kami disuruh datang ke kantornya," lanjut Giring, yang sedari SMP banyak mendengarkan britpop.
Bu Acin yang dimaksud oleh Giring adalah produser eksekutif dari Musica Studios, perusahaan rekaman besar dalam negeri yang mengontrak Nidji. Breakthru diproduksi dan dirilis oleh perusahaan tersebut pada akhir Februari 2006.
Walaupun dalam sekitar enam bulan Breakthru baru terjual sekitar 130-an ribu copy (kecepatan perolehan angka penjualan itu masih kalah dari yang pernah dicapai oleh, sebut saja, Sheila on 7, Padi, dan Peterpan), Nidji di industri musik Indonesia kini sudah menjadi bintang baru. Mereka laris di atas pentas besar dan kecil.
Nyanyian dan permainan musik mereka tak hanya bagus di rekaman kaset dan CD mereka, tapi juga di panggung secara live. Tambahan lagi, lewat konser bisa terbaca langsung penjiwaan mereka dan aksi Giring yang nyentrik--menarikan dua tangannya ke udara, memainkan syalnya bagaikan tali penjerat hewan buruan, dan menjatuhkan dirinya sampai rebah di lantai panggung, yang mengingatkan kita kepada (mendiang) legenda Jim Morrison dari The Doors.
Pada Soundrenaline 2006: Rock United di Lanud AURI Pekanbaru, Riau, Minggu (6/8), Nidji juga memertontonkan semua itu kepada kira-kira 2.000 orang. Mereka menyajikan lima lagu dari Breakthru, yaitu Heaven, Disco Lazy Time, Child, Sudah, dan Hapus Aku. Tiga lagu yang disebut terakhir telah membuat mereka terkenal. Di kota yang baru pertama kali mereka kunjungi itu, para penonton pun turut menyanyi ketika mereka meluncurkan lagu-lagu tersebut.
Sejak merilis Breakthru, jadwal manggung Nidji padat. Contohnya, dalam Soundrenaline 2006, yang digelar oleh A Mild Live Production bersama Deteksi Production, mereka ikut di empat kota, yaitu Makassar (30/7), Pekanbaru, Medan (13/8), dan Jakarta (20/8). "Besok (8/8), kami berangkat lagi ke Lampung, naik bis," terang Giring. Lampung merupakan kota pertama dari tur enam kota Nidji yang disponsori oleh perusahaan rokok yang lain.
Juni lalu, Nidji juga main di Hard Rock Cafe Kuala Lumpur, Malaysia, dalam rangka merilis Breakthru di sana. Pada September mendatang, giliran Manila yang mereka datangi, karena album tersebut dirilis pula di Filipina.
Kepadatan kegiatan tersebut ternyata yang membuat Nidji terkaget-kaget sesudah masuk ke industri musik. "Yang bikin kami terkaget-kaget adalah skedul manggung yang padat," ucap Giring kepada KCM dalam jumpa pers di arena Soundrenaline 2006 di Pekanbaru, Minggu (6/8).
"Kalau pergaulan di tengah para bintang yang bikin kami kaget-kaget, enggaklah. Kami enggak sempat bergaul. Kami selalu berada di jalan (manggung dari kota ke kota)," lanjutnya.
Dalam jumpa pers yang sama, Rama membenarkan kata-kata Giring. "Pokoknya, buat kami, sekarang rumah is the best place," tuturnya. "Sekarang kami jarang bisa bareng keluarga," imbuhnya.
Penulis: Ati (Kompas)
Nidji, terdiri dari Giring Ganesha (23, vokal), Ariel (22, gitar), M Ramadista Akbar (Rama, 22, gitar), Randy Danistha (21, keyboard), M Andro Regantoro (22, bas), dan Adri (23, drum), lahir di Jakarta pada 1 Februari 2002 dari hubungan pertemanan--termasuk suka bermusik bareng--antara Rama dengan Andro.
Dengan kegemaran pada musik yang berbeda-beda, mereka memilih Nidji menjadi nama grup mereka. Nidji diambil dari niji, kata dalam bahasa Jepang yang berarti pelangi.
Sebelum merilis album perdana, Breakthru, pada 2006, grup dengan musik alternatif modern yang cenderung ke britpop (british pop) itu biasa tampil di mal di Jakarta. Ketika itu mereka baru memiliki dua lagu, Child dan Heaven, dalam sebuah album mini yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan rekaman musik independen (indie label).
"Dulu kan kami band mal," ujar Giring, yang berambut kriting mekar, ketika dijumpai oleh KCM di Bandar Udara Pekanbaru, Senin (7/8). "Waktu pertama kali ketemu Bu Acin aja, kami lagi manggung rutin di Plaza EX (Jakarta). Waktu itu Bu Acin lagi nganter kakaknya belanja. Sehabis nonton kami, dia nyamperin kami dan kami disuruh datang ke kantornya," lanjut Giring, yang sedari SMP banyak mendengarkan britpop.
Bu Acin yang dimaksud oleh Giring adalah produser eksekutif dari Musica Studios, perusahaan rekaman besar dalam negeri yang mengontrak Nidji. Breakthru diproduksi dan dirilis oleh perusahaan tersebut pada akhir Februari 2006.
Walaupun dalam sekitar enam bulan Breakthru baru terjual sekitar 130-an ribu copy (kecepatan perolehan angka penjualan itu masih kalah dari yang pernah dicapai oleh, sebut saja, Sheila on 7, Padi, dan Peterpan), Nidji di industri musik Indonesia kini sudah menjadi bintang baru. Mereka laris di atas pentas besar dan kecil.
Nyanyian dan permainan musik mereka tak hanya bagus di rekaman kaset dan CD mereka, tapi juga di panggung secara live. Tambahan lagi, lewat konser bisa terbaca langsung penjiwaan mereka dan aksi Giring yang nyentrik--menarikan dua tangannya ke udara, memainkan syalnya bagaikan tali penjerat hewan buruan, dan menjatuhkan dirinya sampai rebah di lantai panggung, yang mengingatkan kita kepada (mendiang) legenda Jim Morrison dari The Doors.
Pada Soundrenaline 2006: Rock United di Lanud AURI Pekanbaru, Riau, Minggu (6/8), Nidji juga memertontonkan semua itu kepada kira-kira 2.000 orang. Mereka menyajikan lima lagu dari Breakthru, yaitu Heaven, Disco Lazy Time, Child, Sudah, dan Hapus Aku. Tiga lagu yang disebut terakhir telah membuat mereka terkenal. Di kota yang baru pertama kali mereka kunjungi itu, para penonton pun turut menyanyi ketika mereka meluncurkan lagu-lagu tersebut.
Sejak merilis Breakthru, jadwal manggung Nidji padat. Contohnya, dalam Soundrenaline 2006, yang digelar oleh A Mild Live Production bersama Deteksi Production, mereka ikut di empat kota, yaitu Makassar (30/7), Pekanbaru, Medan (13/8), dan Jakarta (20/8). "Besok (8/8), kami berangkat lagi ke Lampung, naik bis," terang Giring. Lampung merupakan kota pertama dari tur enam kota Nidji yang disponsori oleh perusahaan rokok yang lain.
Juni lalu, Nidji juga main di Hard Rock Cafe Kuala Lumpur, Malaysia, dalam rangka merilis Breakthru di sana. Pada September mendatang, giliran Manila yang mereka datangi, karena album tersebut dirilis pula di Filipina.
Kepadatan kegiatan tersebut ternyata yang membuat Nidji terkaget-kaget sesudah masuk ke industri musik. "Yang bikin kami terkaget-kaget adalah skedul manggung yang padat," ucap Giring kepada KCM dalam jumpa pers di arena Soundrenaline 2006 di Pekanbaru, Minggu (6/8).
"Kalau pergaulan di tengah para bintang yang bikin kami kaget-kaget, enggaklah. Kami enggak sempat bergaul. Kami selalu berada di jalan (manggung dari kota ke kota)," lanjutnya.
Dalam jumpa pers yang sama, Rama membenarkan kata-kata Giring. "Pokoknya, buat kami, sekarang rumah is the best place," tuturnya. "Sekarang kami jarang bisa bareng keluarga," imbuhnya.
Penulis: Ati (Kompas)
Subscribe to:
Posts (Atom)